Jual tanah di Palembang,
Setelah mencapai pertumbuhan
tertinggi tahun lalu dalam sepuluh tahun terakhir, pasar properti di Indonesia
diprediksi makin menjanjikan tahun ini.
Selain permintaan naik, perusahaan
asing menggandeng pengembang lokal untuk menggarap pasar perkantoran komersial,
pusat belanja, dan apartemen sewa, yang terus tumbuh. “Tahun ini properti makin
berkembang pesat,” kata Anton Sitorus, Head of Research Jones Lang LaSalle Indonesia,
kemarin.
Menurut Anton, pertumbuhan properti
bukan hanya di Jakarta, tapi juga di daerah lain seiring dengan perkembangan
sektor manufacturing dan logistik. Potensi pasar ini tidak lepas dari beberapa
faktor, salah satunya adalah ekonomi Cina, yang tumbuh 10 persen tahun lalu,
dikhawatirkan memicu gelembung ekonomi. Para investor akhirnya beralih ke
ASEAN, termasuk Indonesia.
Indonesia menjadi pilihan karena
pertumbuhan ekonominya terus membaik dan stabilitas politiknya terjaga.
Ditambah lagi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berlimpah, sehingga
investor makin tertarik. Pengembang dari Singapura, Korea Selatan, Hong Kong,
dan Jepang telah melakukan studi banding dan penjajakan bisnis lewat joint
venture. “Minat asing terlihat sejak tahun lalu,” kata Country Head Jones Lang
LaSalle Indonesia Todd Lauchlan.
Menurut Anton, harga properti di
Indonesia tergolong paling rendah ketimbang di negara-negara lain, yang makin
membuka peluang pengembang asing masuk. Potensi asing makin besar jika ada
perubahan regulasi yang lebih mendukung keberadaan mereka. Tapi dia memberi
catatan bahwa investor asing tertarik bermain di properti papan atas dibanding
grade bawah karena harganya dinilai terlalu murah dan kurang menjanjikan.
Berdasarkan analisis sejumlah
konsultan properti, seperti Jones Lang LaSalle, Procon, dan Coldwell Banker
Indonesia, perkantoran komersial merupakan jenis yang paling berkembang tahun
ini. Lokasinya tidak terpusat di kawasan sentra bisnis, tapi meluas ke Jakarta
Selatan dan Jakarta Barat. “Ini tren baru area perkantoran di luar area
bisnis,” kata Tommy H. Bastamy, Senior Vice President Coldwell Banker
Indonesia, di Jakarta kemarin.
Sementara itu, Procon menganalisis
bahwa permintaan tertinggi masih di area pusat bisnis (central business
district/CBD). Tahun lalu permintaannya tumbuh 5 persen. “Tingkat hunian di CBD
relatif stabil di kisaran 87,7 persen,” kata Head of Research & Consultancy
Procon Utami Prastiana.
Pasokan perkantoran di kawasan CBD
tumbuh 4,4 persen per tahun. Sebanyak 73 persen di antaranya berasal dari
gedung kantor kelas A. Permintaan juga diperkirakan tumbuh sekitar 5 persen per
tahun. Dari total pasar perkantoran, 60 persen di antaranya didominasi
perkantoran dengan status strata title. “Dari sisi permintaan juga bakal tumbuh
sekitar 4 persen,” kata Utami.
Berbeda dengan perkantoran berstatus
strata title, perkantoran sewa justru tidak meningkat signifikan. Penyebabnya,
penyewa lebih berminat pada ruang kantor berukuran kecil atau sedang dengan
kisaran luas 500-1.000 meter persegi. Perkantoran sewa juga terpengaruh oleh
menguatnya nilai tukar, yang membuat harga sewa naik sekitar 5,4 persen
dibanding dua tahun lalu.
Sumber: http://www.sagecreeksudbury.org